Nyambi Jadi ART, Ini Kisah Mahasiswa Asal NTT Semangat Raih Gelar Sarjana di Kota Rantau



Melanjutkan sekolah ke jenjang kuliah memang tak mudah. Ada banyak hal yang harus dikorbankan, seperti jauh dari keluarga karena merantau, pilihan jurusan yang sesuai bidang, hingga biaya kuliah yang jauh dari kata sedikit. Tak jarang, para mahasiswa nyambi bekerja untuk memenuhi kebutuhan selama kuliah.


Seperti yang dijalani oleh mahasiswa asal NTT satu ini. Ia berkuliah di Surabaya sambil bekerja sebagai ART untuk membiayai kuliahnya. Meski melalui banyak lika-liku perjuangan, akhirnya ia berhasil mendapat gelar sarjananya. Bagaimana kisah perjuangan sang mahasiswa asal NTT ini? Simak yuk!


Merantau ke Surabaya jadi ART


Bukan tanpa sebab, Yesti Rambu Jola Pati, wanita asal NTT yang akhirnya memutuskan merantau ke Surabaya. Yesti, anak ke 5 dari 6 bersaudara itu harus mengubur mimpi melanjutkan pendidikan kuliah karena faktor ekonomi. Di tengah keterbatasan itulah, Yesti mendapat informasi pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Surabaya.




Ia pun berharap untuk merantau demi membantu perekonomian keluarga. Ia bekerja di kawasan Nginden Intan Barat, Surabaya dengan gaji yang bervariasi mulai dari Rp1,2 juta hingga Rp1,7 juta. Setelah setahun bekerja, Yesti mendapat dorongan untuk mengenyam pendidikan kuliah dari kakak sepupunya yang berada di Singapura.


Memilih kampus di Surabaya


Kakak sepupu Yesti menawarkan bantuan harus kuliah, dengan syarat Yesti kuliah di Malang atau Yogyakarta dan berhenti dari pekerjaan di Surabaya. Namun, ibu majikan Yesti menyarankan agar Yesti menjadi wanita mandiri dan tidak bergantung pada latar belakang. Wanita kelahiran 1994 akhirnya memutuskan kuliah di Universitas Dr. Soetomo Surabaya, yang terbilang lebih murah dan dekat dengan rumah majikannya



Di tahun 2014, Yesti mulai belajar di Unitomo dan memilih jurusan Pendidikan Matematika, karena sesuai dengan  passion-nya . Dengan bekal modal kuliah Rp2,5 juta saja, saya sempat bingung dengan uang pendaftaran kuliah. Beruntung, Yesti dipertemukan dengan orang-orang baik, sehingga diperbolehkan untuk mencicil biaya kuliah per bulan.


Perjuangan kuliah sambil bekerja


Meski sudah mendapat izin kuliah dari sang majikan, perjuangan Yesti untuk kuliah mudah. Ia harus mengambil kuliah di pukul 17:00 – 21:00, sementara di pagi hari ia harus bekerja. Teman-teman Yesti di tempat kerja pun turut membantunya. Tiap pulang malam selepas kuliah, merekalah yang membuka pintu gerbang untuk Yesti.



Yesti mengakui dirinya kelehahan harus membagi waktu kuliah dan kerja, apalagi jika banyak tugas. Sempat menyerah, di tahun 2016 keluar dari kampus tanpa kabar dan juga terancam putus sekolah karena batas waktu perkuliahan. Di tahun 2019, Yesti akhirnya memutuskan berkuliah lagi.Tak mudah, ia harus mendukung pihak kampus untuk kembali kuliah dengan syarat wajib lulus pada tahun 2021.


Akhirnya bisa lulus tepat waktu


Beruntung Yesti dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan nilai IPK 3,49. Ia mengucapkan banyak syukur kepada teman-teman dan majikan, yang selalu mau mendengar keluh kesahnya selama kuliah. Sementara itu, setelah lulus Yesti berencana kembali ke NTT untuk bekerja sebagai guru Matematika dan mengabdikan ilmunya untuk anak-anak di sana.




Namun, Yesti masih menunggu informasi lowongan, sembari tetap bekerja di tempat majikannya saat ini. Ia menuturkan jika majikannya banyak membantu sehingga kurang pantas jika ia memutuskan langsung keluar begitu saja. Di sisi lain, Yesti berpesan kepada semua orang agar tak berhenti mengejar mimpinya.


Semangat Yesti berkuliah tentu patut diapresiasi. Tak mudah bekerja sebagai ART sembari kuliah. Tentu ada raga dan jiwa yang begitu lelah. Kalian yang sedang mengejar mimpi juga harus tetap bersemangat ya.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Nyambi Jadi ART, Ini Kisah Mahasiswa Asal NTT Semangat Raih Gelar Sarjana di Kota Rantau"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel