Selalu Ranking 23, Tapi Seluruh Kawan Menulis Namanya di Lembar Jawaban Mereka, Ternyata
Bookmark Pedia
– Tingkah laku setiap anak berbeda-beda dan tiada yang bisa menebaknya. Bahkan orang
tuanya sekalipun cukup jarang yang tau akan pemikiran sang buah hati itu
bagaimana, oleh karena itulah sebagai Orang Tua yang baik harus mendukung
setiap kesukaan sang anak untuk menjadi pribadi yang lebih hebat, asalkan masih
dalam skala postif.
Sahabat BP, apakah anda adalah orang yang masih berorientasi
pada rangking di sekolah? Atau anda kebetulan adalah orang tua yang merasa
sedih jika anak anda mendapat rangking dengan jumlah besar (baca:rangking
terakhir)?
Jika benar, dengan berat hati saya katakan bahwa anda masih
terjebak dalam pola pikir jadul!
Kisah berikut mungkin bisa memberi sudut pandang baru bagi
anda, selamat membaca dan semoga menginspirasi!

Anak ini tak gemar belajar, maka tak heran setiap pembagian
rapot ia selalu rangking 23 dari 25 orang siswa, saking seringnya mendapatkan
rangking yang sama, gadis kecil ini bahkan digelari dengan nomor tersebut.
Pada suatu kesempatan, keluarga besar mereka berkumpul,
seluruh anak-anak ditanya tentang cita-cita mereka. Setiap anak dengan lantang
menyebutkan cita-cita mereka, jadi pilot, perawat, dokter, tentara, bahkan jadi
presiden. Semua orang tua pun serentak bertepuk tangan dan memuji.
Kemudian, ibu sang gadis teringat, anaknya sama sekali belum
menyebutkan apa cita-citanya. Anaknya justru tengah sibuk membantu salah
seorang sepupu kecilnya yang sedang makan.
Mulanya gadis kecil itu enggan menjawab, namun karena
didesak semua orang, ia pun mengucapkan cita-citanya.
Pertama, ia ingin menjadi seorang guru TK, yang mengajari
anak-anak bernyanyi, menari dan bermain. Dan cita-cita keduanya adalah menjadi
ibu yang mengenakan celemek lucu ketika memasak di dapur, membacakan cerita
bagi anak-anaknya kelak atau mengajak mereka menatap bintang.
Sebuah cita-cita yang membuat banyak orang dewasa di sana
tertegun sejenak, dan kemudian bertepuk tangan penuh basa-basi.

Bagaimana dengan ibu si gadis?
Begitu pulang, ia mengeluhkan hal tersebut pada suaminya.
Maka, berubahlah hari-hari gadis kecil itu.
Ia tidak membaca komik lagi, tidak sibuk membuat origami,
dan mengurangi jam bermainnya. Sebagai gantinya, sang gadis kecil mengikuti les
ini itu, mengerjakan latihan demi latihan secara sambung menyambung. Hingga
tubuhnya tak lagi kuat, ia terserang flu berat dan radang paru-paru.
Dengan semua perjuangan itu, bagaimana kabar rapotnya
kemudian?
Tetap saja rangking 23.

Orang tuanya mendapat telepon dari sang wali kelas. Selain
rangkingnya yang tetap 23, sang guru memberitahu ada sebuah hal aneh yang terjadi.
Hal yang baru pertama kali ditemuinya selama 30 tahun lebih mengajar.
Jadi, dalam ujian bahasa, sang guru menambahkan sebuah
pertanyaan, "SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI DAN APA
ALASANNYA?"
Dan hasilnya, seluruh teman sekelas anak tersebut ternyata
menuliskan sebuah nama yang sama. Nama gadis kecil tersebut. Alasannya beragam,
karena senang membantu, selalu memberi semangat, enak diajak berteman, dan lain
sebagainya.
Sang guru pun memberikan pujian, betapa anak perempuan kecil
ini memiliki tingkah laku yang sangat baik dan pandai memperlakukan orang lain
dengan sangat baik pula.
Orang tuanya pun merasa bahagia, dan tak lagi
mempermasalahkan rangking 23 yang tak jua berubah itu. Pada sang anak, ibunya
mencandai "suatu saat kamu akan jadi pahlawan!"
Namun, anaknya justru menjawab, "Bu guru pernah
berkata, jika seorang pahlawan lewat maka harus ada orang yang bertepuk tangan
di tepi jalan. Ayah, Ibu aku tak ingin jadi pahlawan. Aku mau jadi orang yang
bertepuk tangan di tepi jalan saja".

Sahabat BP, anak-anak adalah pribadi unik dengan kehendak
dan cita-citanya masing-masing. Orang tua tidak berhak memaksakan keinginan
mereka kepada sang anak. Sebaliknya, menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua
untuk jeli melihat kelebihan anaknya, dan fokus untuk mendukung kelebihan
tersebut, ketimbang memaksa si anak untuk menutupi kekurangannya.
Kisah anak ini adalah pelajaran berharga. Betapa anak kecil
ini lebih memahami bahwa menjadi tokoh utama tak selamanya penting. Karena
hidup bukan untuk menunjukkan siapa yang lebih penting, lebih hebat, atau lebih
banyak berperan, melainkan siapa yang lebih bermanfaat bagi orang lain.
Demikian sahabat, semoga bermanfaat!

Sumber Referensi:
tribunnews.com/regional/2017/07/07/kisah-viral-anak-selalu-rangking-23-namun-saat-semua-rapor-dibuka-hal-mengejutkan-terungkap?page=all.
0 Response to "Selalu Ranking 23, Tapi Seluruh Kawan Menulis Namanya di Lembar Jawaban Mereka, Ternyata"
Posting Komentar